Sabtu, 14 Januari 2012

Pemimpin dan Musyawarah


Bismillahirrahmannirrahim….
Sahabatku yang merindukan kemenangan….
Saudara-saudaraku seperjuangan….
Keluargaku yang sangat aku cintai….

Ketika berbicara permasalahan da’wah atau lebih tepatnya pergerakan da’wah, hal tersebut tentu saja dikaitkan oleh adanya seorang PEMIMPIN dalam jalan da’wah ini. Da’wah bukanlah sesuatu yang kita perjuangkan tetapi sesuatu yang perlu kita lakukan dan amalkan, karena ALLAH sudah berjanji akan memenangkan da’wah ini cepat atau lambat. Hal yang selalu saya fikirkan dalam semangat da’wah ini yaitu “ISLAM pasti akan menang, tapi apakah KITA tetap berada pada JALAN DA’WAH hingga saat kemenangan nanti?”. Untuk semua muslim yang sama-sama berjuang dalam da’wah ini, semoga kita berada pada jalan yang ALLAH ridhoi dan jalan kita senantiasa dirahmati ALLAH serta diberikan keberkahan hingga akhir kemenangan. Semoga kita diberikan kekuatan untuk senantiasa istiqamah dalam jalan da’wah ini, dan kekuatan untuk melawan godaan nafsu syaithan dengan segala kelihaiannya. Aaamiin.
PEMIMPIN dalam jama’ah kebaikan merupakan hal mutlak dan wajib diperjuangkan, saat pemimpin dalam kebaikan ini sudah tidak diperjuangkan maka akan masuk tangan-tangan jahil yang akan menghancurkan jama’ah ini secara diam-diam. Akan tiba masa dalam salah satu tanda-tanda kecil kiamat yaitu “Amanah yang disia-siakan” maksudnya amanah yang tidak diberikan pada yang bukan keahliannya dan yang tidak bertanggung jawab.


Seorang Arab Badui bertanya, "Kapankah tibanya kiamat?" Nabi Saw lalu menjawab, "Apabila AMANAH diabaikan maka tunggulah kiamat." Orang itu bertanya lagi, "Bagaimana hilangnya amanat itu, ya Rasulullah?" Nabi Saw menjawab, "Apabila perkara (urusan) diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat." (HR. Bukhari)

Menyikapi hadist diatas, saat ini sudah banyak terjadi hal seperti itu saat amanah hanya dijadikan permainan politik, saat amanah hanya dijadikan simbol, saat amanah hanya dijadikan hal untuk mencari popularitas. Na’udzubillah.... semoga kita bukan termasuk orang-orang didalamnya dan semoga kebenaran selalu menemani langkah kita semua. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut sebaiknya kita tidak terburu-buru dalam menentukan pemimpin dan harus ada tangan-tangan ulama (orang-orang yang berilmu) dalam penentuan pemimpin da’wah ini. Akan saya sedikit singgung tentang bagaimana pemilihan Khalifah untuk menggantikan Rasulullah SAW. Semoga terbuka fikiran kita untuk berbuat lebih baik dalam beramal, terutama dalam pemilihan pemimpin da’wah.

Dalam syirah Nabawiyah, ada berbagai pendapat tentang pemilihan khalifah pada saat Rasulullah wafat. Ada yang berpendapat bahwa pemilihan khalifah baru Abu Bakar ra dijelaskan secara langsung atau tersurat, seperti sabda Rasulullah “Jika kamu tidak menemukanku maka datangilah Abu Bakar”. Ada juga yang berpendapat pengangkatan Abu Bakar ra dijelaskan secara samar-samar atau tersembunyi, jika memang Rasulullah SAW ingin mengatakan secara jelas pengganti beliau maka cukup bagi beliau mengatakan “Jika saya meninggal kelak jadikanlah Abu Bakar sebagai khalifah penggantiku”. Tetapi Rasulullah SAW tidak mengatakan hal itu dan lebih mengutamakan diskusi atau musyawarah. Hal itu dilakukan demi kebaikan umat muslim setelah kepergian Rasulullah, agar umat muslim dapat mandiri dalam memilih pemimpin dan mengetahui apa saja yang harus dilakukan dalam musyawarah.

Dari Abdullah bin Umar ia berkata: Umar ditanya: Apakah kamu tidak mengangkat khalifah penggantimu? Ia menjawab: Bila aku mengangkat, maka orang yang lebih baik dariku, yaitu Abu Bakar, juga telah mengangkat pengganti khalifah. Dan bila aku membiarkan kamu sekalian (untuk memilih), maka orang yang lebih baik dariku, yaitu Rasulullah saw., juga telah membiarkan kamu sekalian. Abdullah bin Umar berkata: Sehingga aku pun mengetahui ketika ia menyebut Rasulullah saw. bahwa dia tidak akan mengangkat khalifah pengganti. (H.R Muslim)

Hadist diatas menjelaskan tentang sistem musyawarah yang dilakukan oleh Umar bin Khatab ra, tidak ada politik Nepotisme didalamnya. Artinya Rasulullah mengajarkan umat muslim untuk berpendapat dalam musyawarah dalam kata-katanya “...membiarkan kamu sekalian...” yang berarti khalifah tidak memaksa umat untuk memilih kepada seseorang. Dalam beberapa kejadian saat pemilihan Utsman bin Affan ra sebagai khalifah pengganti Umar bin Khatab ra juga melalui proses musyawarah, dalam syirahnya para calon yang ingin menggantikan Umar bin Khatab ra banyak yang mengundurkan diri dan adapula yang gugur. Saat pergantian Umar bin Khatab sebagai Khalifah Ali bin Abi Thalib ra juga turut meramaikan, hal itu tidak dilakukan proses pendaftaran seperti pada banyak hal di dunia ini namun berdasarkan kepercayaan masyarakat pada saat itu. Hingga Abdurrahman bin Auf melihat bahwa setiap penduduk madinah memilih Utsman bin Affan ra dan Ali bin Abi Thalib ra dan beliau melihat umumnya penduduk madinah memilih Utsman bin Affan ra sebagai Khalifah menggantikan Umar bin Khatab ra.

Islam telah banyak memberikan kebaikan dan ketenangan dalam hidup, dalam sejarahnya kepemimpinan islam merupakan kepemimpinan paling baik dan sistem pemerintahan terbaik dibandingkan Komunisme, Demokrasi dan sistem kafir yang lain. Subhanallah.... bahkan dalam sejarahnya kepemimpinan islam pernah menghilangkan permusuhan antara serigala dan domba. Islam adalah ketenangan yang telah ALLAH berikan kepada manusia, merupakan sistem penduduk surga yang tidak mencintai kekerasan namun mncintai kelembutan dan kasih sayang. Islam telah memiliki Rasul terbaik, manusia terbaik dalam sejarah manusia, Islam memiliki kitab suci terbaik dan paling lengkap lingkupannya. Subhanallah..... bukti kebesaranmu telah ada, kuatkanlah kami untuk senantiasa dalam kebenaran. Alhamdulillah.... semoga tulisan ini bermanfaat untuk saudara-saudaraku sesama muslim dan dapat disebarkan kepada saudara-saudara kita yang lain. Jazakumullah....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar