Bismillahirrahmannirrahim….
Sahabatku yang
merindukan kemenangan….
Saudara-saudaraku
seperjuangan….
Keluargaku yang
sangat aku cintai….
Ketika berbicara permasalahan
da’wah atau lebih tepatnya pergerakan da’wah, hal tersebut tentu saja dikaitkan
oleh adanya seorang PEMIMPIN dalam jalan da’wah ini. Da’wah bukanlah sesuatu
yang kita perjuangkan tetapi sesuatu yang perlu kita lakukan dan amalkan,
karena ALLAH sudah berjanji akan memenangkan da’wah ini cepat atau lambat. Hal yang
selalu saya fikirkan dalam semangat da’wah ini yaitu “ISLAM pasti akan menang,
tapi apakah KITA tetap berada pada JALAN DA’WAH hingga saat kemenangan nanti?”. Untuk
semua muslim yang sama-sama berjuang dalam da’wah ini, semoga kita berada pada
jalan yang ALLAH ridhoi dan jalan kita senantiasa dirahmati ALLAH serta diberikan
keberkahan hingga akhir kemenangan. Semoga kita diberikan kekuatan untuk
senantiasa istiqamah dalam jalan da’wah ini, dan kekuatan untuk melawan godaan
nafsu syaithan dengan segala kelihaiannya. Aaamiin.
PEMIMPIN dalam
jama’ah kebaikan merupakan hal mutlak dan wajib diperjuangkan, saat pemimpin
dalam kebaikan ini sudah tidak diperjuangkan maka akan masuk tangan-tangan
jahil yang akan menghancurkan jama’ah ini secara diam-diam. Akan tiba masa
dalam salah satu tanda-tanda kecil kiamat yaitu “Amanah yang disia-siakan”
maksudnya amanah yang tidak diberikan pada yang bukan keahliannya dan yang
tidak bertanggung jawab.
Seorang Arab Badui bertanya, "Kapankah
tibanya kiamat?" Nabi Saw lalu menjawab, "Apabila AMANAH diabaikan
maka tunggulah kiamat." Orang itu bertanya lagi, "Bagaimana hilangnya
amanat itu, ya Rasulullah?" Nabi Saw menjawab, "Apabila perkara
(urusan) diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah
kiamat." (HR. Bukhari)
Menyikapi hadist
diatas, saat ini sudah banyak terjadi hal seperti itu saat amanah hanya
dijadikan permainan politik, saat amanah hanya dijadikan simbol, saat amanah
hanya dijadikan hal untuk mencari popularitas. Na’udzubillah.... semoga kita
bukan termasuk orang-orang didalamnya dan semoga kebenaran selalu menemani
langkah kita semua. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut sebaiknya
kita tidak terburu-buru dalam menentukan pemimpin dan harus ada tangan-tangan
ulama (orang-orang yang berilmu) dalam penentuan pemimpin da’wah ini. Akan
saya sedikit singgung tentang bagaimana pemilihan Khalifah untuk menggantikan
Rasulullah SAW. Semoga terbuka fikiran kita untuk berbuat lebih baik dalam beramal,
terutama dalam pemilihan pemimpin da’wah.
Dalam syirah
Nabawiyah, ada berbagai pendapat tentang pemilihan khalifah pada saat Rasulullah
wafat. Ada yang berpendapat bahwa pemilihan khalifah baru Abu Bakar ra
dijelaskan secara langsung atau tersurat, seperti sabda Rasulullah “Jika kamu tidak menemukanku maka datangilah
Abu Bakar”. Ada juga yang berpendapat pengangkatan Abu Bakar ra dijelaskan
secara samar-samar atau tersembunyi, jika memang Rasulullah SAW ingin
mengatakan secara jelas pengganti beliau maka cukup bagi beliau mengatakan “Jika saya meninggal kelak jadikanlah Abu
Bakar sebagai khalifah penggantiku”. Tetapi Rasulullah SAW tidak mengatakan
hal itu dan lebih mengutamakan diskusi atau musyawarah. Hal itu dilakukan demi
kebaikan umat muslim setelah kepergian Rasulullah, agar umat muslim dapat
mandiri dalam memilih pemimpin dan mengetahui apa saja yang harus dilakukan
dalam musyawarah.
Dari Abdullah bin Umar ia berkata: Umar ditanya:
Apakah kamu tidak mengangkat khalifah penggantimu? Ia menjawab: Bila aku
mengangkat, maka orang yang lebih baik dariku, yaitu Abu Bakar, juga telah
mengangkat pengganti khalifah. Dan bila aku membiarkan kamu sekalian (untuk
memilih), maka orang yang lebih baik dariku, yaitu Rasulullah saw., juga telah
membiarkan kamu sekalian. Abdullah bin Umar berkata: Sehingga aku pun
mengetahui ketika ia menyebut Rasulullah saw. bahwa dia tidak akan mengangkat khalifah
pengganti. (H.R Muslim)
Hadist diatas menjelaskan
tentang sistem musyawarah yang dilakukan oleh Umar bin Khatab ra, tidak ada
politik Nepotisme didalamnya. Artinya Rasulullah mengajarkan umat muslim untuk
berpendapat dalam musyawarah dalam kata-katanya “...membiarkan kamu sekalian...” yang berarti khalifah tidak memaksa umat
untuk memilih kepada seseorang. Dalam beberapa kejadian saat pemilihan Utsman
bin Affan ra sebagai khalifah pengganti Umar bin Khatab ra juga melalui proses
musyawarah, dalam syirahnya para calon yang ingin menggantikan Umar bin Khatab
ra banyak yang mengundurkan diri dan adapula yang gugur. Saat pergantian Umar
bin Khatab sebagai Khalifah Ali bin Abi Thalib ra juga turut meramaikan, hal
itu tidak dilakukan proses pendaftaran seperti pada banyak hal di dunia ini
namun berdasarkan kepercayaan masyarakat pada saat itu. Hingga Abdurrahman bin
Auf melihat bahwa setiap penduduk madinah memilih Utsman bin Affan ra dan Ali
bin Abi Thalib ra dan beliau melihat umumnya penduduk madinah memilih Utsman
bin Affan ra sebagai Khalifah menggantikan Umar bin Khatab ra.
Islam telah
banyak memberikan kebaikan dan ketenangan dalam hidup, dalam sejarahnya
kepemimpinan islam merupakan kepemimpinan paling baik dan sistem pemerintahan
terbaik dibandingkan Komunisme, Demokrasi dan sistem kafir yang lain.
Subhanallah.... bahkan dalam sejarahnya kepemimpinan islam pernah menghilangkan
permusuhan antara serigala dan domba. Islam adalah ketenangan yang telah ALLAH
berikan kepada manusia, merupakan sistem penduduk surga yang tidak mencintai
kekerasan namun mncintai kelembutan dan kasih sayang. Islam telah memiliki
Rasul terbaik, manusia terbaik dalam sejarah manusia, Islam memiliki kitab suci
terbaik dan paling lengkap lingkupannya. Subhanallah..... bukti kebesaranmu
telah ada, kuatkanlah kami untuk senantiasa dalam kebenaran. Alhamdulillah....
semoga tulisan ini bermanfaat untuk saudara-saudaraku sesama muslim dan dapat
disebarkan kepada saudara-saudara kita yang lain. Jazakumullah....
By : me and Islam
(http://seruan-dakwah.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar