Ana adalah
mahasiswa Teknik Elektro UNJ 2010, ana tidak pernah berfikir untuk kuliah saat
sekolah. Ana adalah aktivis (kata orang), karena ana selalu menyibukan diri
dalam kegiatan. Ana adalah pengusaha (Insya Allah), karena ana selalu berusaha
maksimal dalam segala hal. Ana adalah anak dari dua orang tua yang luar biasa,
tanpa mereka ana hanya akan jadi manusia tak bermakna. Ana adalah umat
Rasulullah SAW, yang selalu berusaha menjadi seperti beliau walau takkan mampu,
menjadi umat yang mengikuti sunah yang beliau ajarkan. Ana adalah manusia ciptaan Allah yang menciptakan alam semesta,
tuhan yang patut kita sembah, tuhan yang memiliki kuasa atas diri kita, tuhan
yang sejak Nabi Adam as menjadi penuntun dalam kebenaran, tuhan yang memberikan
hamba-Nya pedoman berupa kitab suci Al-Qur’an.
Ana bersyukur
masih diberikan nikmat yang luar biasa, terutama nikmat islam yang banyak dari
saudara-saudara kita yang tak mampu merasakan, juga nikmat ukhuwah islam yang
terus menjaga ana agar tetap istiqamah. Ana bersyukur masih dapat merasakan
kesehatan baik fikiran, jasad maupun ruh. Ana bersyukur masih diuji dengan
musibah, ana bersyukur masih diuji dengan rasa sakit, ana bersyukur masih dapat
merasakan lapar, ana bersyukur karena hidup sulit dan ana bersyukur masih
diberi amanah.
Istiqamah butuh pengorbanan saudaraku, ya.. pengorbanan. Apakah kalian merasa jalan ini panjang saudaraku? Apakah ingin berhenti untuk beristirahat? Atau ingin kembali?. Saudaraku, jika kita ingin kembali sungguh jalan untuk kembali sudah sangat jauh maka berhentilah berfikir untuk kembali. Saudaraku, jika kita ingin berhenti untuk beristirahat apakah kalian akan menjamin kita akan kembali mengarungi jalan panjang ini, atau justru kita mati dalam keadaan istirahat? Bukankah nikmat jika akhirnya kita mati dalam keadaan beriman, dalam mengerjakan kebaikan, dan bukan dalam beristirahat. Atau apakah kalian lupa bahwa rasul mengatakan istirahatnya adalah shalat, atau kalian lupa keimanan Abu Bakar yang yang jika iman semua orang dikumpulkan, tetap tidak akan mengalahkan iman Abu Bakar. Kalian kenal Umar ibnu Khatab? Sosok yang tegas pada kebathilan dan lemah lembut kepada yang haq, yang terus merasa bersalah jika rakyatnya masih ada yang menderita. Atau kalian lupa juga shalatnya Utsman ibnu Affan? Beliau shalat malam sejak ba’da isya sampai menjelang subuh hingga mengkhatamkan Al-Qur’an. Apakah masih ada yang ingin berhenti saudaraku?.
Saudaraku jalan
ini akan terus ada tanpa kita, jalan ini akan terus mencari orang-orang baru
dalam barisannya, jalan ini akan tetap menang walaupun kita tak ada, jalan ini
merupakan jalan tersingkat menuju jannah-Nya. Pandangan akan masa depan jalan
ini memang tak pernah terlihat saudaraku, tapi itulah hakikat pengorbanan,
kemenangan seperti tak terlihat namun jika kita tengok ke belakang juga sudah
sangat jauh. Tidak ada pilihan lain selain terus berjalan dan berusaha di jalan
ini, sampai kita mati pada jalan ini,
itulah hakikat pengorbanan saudaraku..
Jikalah kemenangan
itu terlihat jelas, pasti banyak yang ikut dalam jalan ini, bersama membenntuk
barisan yang kokoh. Maka jalan ini tak pernah menampakan kejelasan agar kita
tahu hakikat pengorbanan. Pengorbanan ini tidak perlu sesuatu yang jelas apa
yang diperoleh, hanya perlu keyakinan dalam beramal, yang dipengaruhi pemahaman
atas keimanan. Pengorbanan ini hanya memberikan tanda-tanda untuk
manusia-manusia yang berfikir. Pengorbanan ini hanya ditujukan untuk manusia
yang siap menerima konsekuesi kenikmatan akhirat dan kesakitan dunia. Pengorbanan
ini merupakan bentuk refleksi keimanan kepada Allah.
Jika kita merasa
jenuh dalam jalan ini, mungkin ada yang salah dengan niat kita. Mungkin jalan
yang kita lalui sudah sedikit berbelok kekanan dan kekiri. Mari kita
merenungkan diri lagi saudaraku jika masih merasakan seperti itu, bukan kita
beristirahat namun kita memulai ke jalan yang benar. Bukankah saat kita
tersesat kita akan mencari jalan mengikuti petunjuknya, ya.. saudaraku..
kuatkan iman kita dan niat kita kembali dengan membuka pedoman hidup kita yaitu
Al-Qur’an, lalu kita juga meminta petunjuk pada Yang Maha Benar dengan berdo’a
pada-Nya. Itulah hakikat perenungan atau muhasabah saudaraku..
Muhasabah harus
didasari kerendahan diri dihadapan-Nya, harus didasari ketakutan pada-Nya,
harus didasari rasa syukur yang mendalam. Ya.. Muhasabah.. harus ada kenikmatan
sendiri dalam muhasabah, salah satu cara mencari kenikmatan itu adalah dengan
membuat perbedaan dengan hamba yang lain. Jika hamba lain sedang tidur kita
harus bangun, jika hamba lain sedang bermimpi kita harus berdo’a, jika hamba
yang lain melalaikan waktunya pada malam kita harus manfaatkan malam. Ya..
saudaraku.. muhasabah akan menemui kenikmatan saat kita berkhalwat dengan-Nya,
jauh dari sifat riya dan sombong.
Mari perbaiki
diri kita, sama-sama kita saling merangkul beban, saling mengingatkan dalam
kebenaran dan kesabaran. Ukhuwah itu nikmat saudaraku, karena ukuwah didasari
oleh keimanan. Ukhuwah itu selalu mendahulukan saudaranya dalam hal dunia,
serta berlomba-lomba dalam kebaikan. Nikmatnya jika kita dipertemukan dalam
jannah-Nya. Wallahu’alam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar