Sabtu, 14 November 2015

GENERASI PENERUS BANGSA


Saya merupakan guru Pendidikan Agama Islam, Hadits dan Bahasa Arab di Sekolah Islam Terpadu ini, baru masuk 3 bulan mengajar bertemu anak-anak. Saya mengajar dari kelas 1 sampai 6 selama weekday, dari pukul 6.30 sampai 14.30 Wib. Seminggu pertama saya mengajar suara saya sudah habis dan serak, dikarenakan belum terbiasa untuk berbicara lebih keras dari anak-anak berjumlah 163 orang yang sangat berisik. Selama sebulan mengajar kelas saya selalu dihiasi dengan suara serak dan putus-putus, dan tak jarang mengurangi volume berbicara.
Selama sebulan itu saya selalu berinteraksi dengan guru yang sudah lebih lama untuk mengetahui metode yang tepat. Banyak sekali masukan dan saran untuk saya, dan itu sangat membantu sekali. Mulai dari peraturan kelas, informasi kondisi kelas, dan mulai mengingat nama-nama anak yang harus segera dilakukan. Interaksi antar guru dilakukan setiap pagi sebelum mengajar, setelah semua anak dan guru melaksanakan “Inspirasi Pagi” atau IP yang dilaksanakan setiap sebelum belajar. Beberapa guru yang piket menjaga aktivitas shalat dhuha yang dilaksanakan setiap hari, dan guru yang tidak piket melakukan Konsolidasi sebelum memulai pembelajaran. Banyak informasi anak yang disampaikan pada moment tersebut, pun digaungkan Salam Pejuang Peradaban, Visi-Misi, serta Salam Budaya Kerja agar guru semangat dalam mengajar dan berinteraksi dengan anak.
Saya banyak melakukan metode pada pembelajaran seperti aktivitas fisik drama kisah nabi dan rasul, kuis antar kelompok muslim dan muslimah, berdongeng dengan banyak karakter tokoh, bernyanyi lagu pembelajaran ketauhidan dan bahasa arab. Semua itu dilakukan agar anak belajar dari guru bukan dari buku. Buku hanya sebagai alat bantu pembelajaran, agar materi tidak jauh berbeda. Sedangkan pembelajaran masih berpusat di guru sebagai teladan dan contoh murid.
Guru sebagai teladan akan mampu membangkitkan semangat belajar murid. Guru kreatif akan menghasilkan murid yang kreatif, guru yang ceria akan memuat anak pun ceria, guru yang terus belajar dalam mengajar akan memangkitkan keinginan belajar murid. Guru sebagai fasilitator harus dapat mencontohkan dan memberi contoh pemelajaran kepada murid, karena itu guru harus terus belajar. Terutama jika ingin menanamkan karakter pada anak, maka karakter itu harus juga ada pada guru atau guru dan murid sama-sama mementuk karakter yang ingin dibentuk.
Sebelum pembelajaran murid selalu memulainya dengan berdo’a dan menghafal surat Al-Qur’an Juz 30, pun guru juga sama menghafal atau muraja’ah hafalan juz 30. Dalam seminggu ada pembelajaran membaca Al-Qur’an. Murid pun mendapatkan pembelajaran menghafal dan mengamalkan hadits dalam 1 semester target 20 hadits. Semua itu dilakukan agar tumbuh karakter Al-Qur’an pada diri anak, sehingga karakter itu melekat menjadi perilaku dan akhlak yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunah. Karena Karakter Al-Qur’an bagi saya adalah Sumber karakter baik pada manusia. Setelah manusia sejak masa pembelajarannya mendapatkan sumber yang benar, maka akan muncul karakter dan perilaku yang benar.
Saya pernah menangis membayangkan anak-anak yang saya didik akan masuk syurga dan memanggil guru-gurunya yang ada di neraka dikarenakan banyaknya dosa. Pun saya pernah membayangkan seorang murid akan meminta tanggung jawab di akhirat dikarenakan kurangnya perhatian dan kepedulian saya kepada mereka, hingga membawa kami ke neraka. Maka guru bukanlah pekerjaan yang sia-sia, perlu dilakukan dengan ikhlas, cerdas, dan tuntas.
Sekolah ini tempat dimana saya mengajar selalu memperhatikan murid satu demi satu, dari kondisi orang tuanya yang belum peduli, atau terlalu memanjakan, belum pas dalam mendidik, belum bisa komunikatif kepada sekoah, dsb. Karena Sekolah ini yakin tidak akan timbul perubahan baik pada anak jika tidak ada kerja sama dari orang tua. Baik memantau sholat, memantau aktivitas dunia maya anak, dsb. Dengan adanya kerja sama orang tua dan sekolah, diharapkan akan mempercepat proses perubahan baik pada anak.
Anak bukanlah objek amarah orang tua dan guru, anak juga bukan binatang yang tidak diberikan kasih sayang dan tak pernah didengarkan ceritanya, berfikirlah seperti mereka untuk bisa diterima mereka. Anak harus dibiarkan berekspresi, dan dinasihati untuk menjaga agar tidak melakukan ekspresi yang berlebihan dan negatif. Anak juga harus diberitahukan terkait dengan emosinya, baik marah, sedih, senang, dsb harus diekspresikan dengan baik dan tidak merusak.
Setiap anak di sekolah ini harus berani berbicara, mengekspresikan diri, memilih minatnya dan mengembangkan bakatnya. Baik anak yang pendiam dan aktif, ia haruslah maju kedepan sebagai pemimpin dalam berdo’a dihadapan anak-anak yang lain, haruslah berani menjadi ketua kelas, harus berani melaporkan, harus berani jujur dan mengakui kesalahan.
Setiap kesalahan minimal dihukum dengan beristighfar ataupun memungut sampah, berlari lapangan, dan hal-hal lain yang tidak menyebabkan anak kesal. Namun justru sadar akan kesalahannya dan kadang diekspresikan dengan menangis. Bahkan anak tidak mengerti mengapa mereka menangis, dikarenakan mereka belum tahu apa yang disebut kesalahan. Maka kesalahan juga harus ada hukuman agar mereka tahu perbuatan yang dilakukan adalah kesalahan.
Pun jika meraka melakukan kebaikan, banyak hadiah yang sering diberikan. Baik hanya permen, bahkan ucapan terima kasih, sampai dibelikan eskrim, makanan, dan hal-hal lain yang berguna bagi mereka. Selama 3 bulan ini sudah ada beberapa agenda yang dilaksanakan. Mulai dari Jalan Sehat, Perayaan HUT RI ke-70, Pawai Muharram, Lomba Keislaman, Pelatihan Sholat ‘Id, Puasa Arafah, Shalat istisqo, Lomba Bulan Bahasa, dan Terakhir Outing Class. Semua itu dilaksanakan bertujuan untuk pembelajaran kepada anak, bagi Sekolah pembelajaran tidak hanya di kelas jadi kegiatan sekolah juga bagian dari pembelajaran anak.
Semakin terharu dan meneteskan air mata saya ketika Outing Class berkunjung ke Pesantren Tahfidz Qur’an dan anak-anak melantunkan QS. An-Naba dihadapan Pimpinan Pesantren. Saya memikirkan generasi penerus Indonesia kedepan yang akan memimpin bangsa ini dan mereka semua berkarakter Al-Qur’an dan berakhlak Al-Qur’an. Indonesia akan menjadi bangsa yang besar dan diberkahi Allah Swt. Aaamiin.

Andry Muhayat
#PelayanUmat
#PendidikBangsa

SDIT Nurul Islam Pondok Kopi

4 komentar: