Sabtu, 02 Mei 2015

Kisah Renungan untuk Aktivis Da'wah 2

Cinta adalah fitrah manusia, hawwa diciptakan dr tulang rusuk adam setelah Allah melihat kegelisahan atas kesendirian hamba-Nya. Maka hawwa diciptakan sebagai penentram hati. Tak ada yg salah dengan mencintai manusia, asalkan tak cinta buta hingga jauh dari Allah Swt.

Cinta selalu memiliki tujuan yang baik, tak ada tujuan yg buruk dr cinta. Jika seorang mencintaimu namun berbuat buruk (yg Allah larang) terhadapmu, maka yakinlah itu bukan cinta. Pun jika cinta dibalut dg keyakinan beribadah (menikah) tanpa melihat kondisi keduniawian, namun dilakukan dengan cara yg salah. Maka itulah zina hati.

Kisah nyata dua aktivis da'wah yg telah terjerumus dalam cinta. Pertemuan diantara mereka sangat jarang, bahkan belum sampai hitungan jari tangan. Mungkin saja diantara mereka sudah saling melupakan wajah, tak pernah sekalipun bertemu berdua berhadapan. Lalu apa yg salah?

Bermula ketika salah satu dari mereka menghubungi untuk suatu agenda. Komunikasi berjalan seperti biasa tak sekalipun terbesit sesuatu diantara mereka. Hingga seringnya berkomunikasi melalui short message, mulailah godaan syaithan muncul. Mulai dari candaan, obrolan aktifitas, tausyiah (seharusnya membuat hati semakin hidup, namun hati menjadi semakin mati krn tausyiah dilakukan secara personal), dsb. Yg menurut kebanyakan orang itu adalah hal yg biasa, namun berbeda dg aktivis da'wah yg harus menjadi teladan ummat. Hal tersebut merupakan aib yg perlu diperbaiki.

Sudah setahun lamanya mereka melakukan hal seperti itu, bermula dr pertemuan saat kunjungan organisasi ke salah satu kampus mereka. Sudah pernah salah satu dr mereka ingin mengakhiri hal seperti itu, namun godaan syaithan terlalu hebat. Memang benar Rasulullah berkata bahwa Perang terbesar adl menahan Hawa Nafsu. Nafsu terbesar Laki2 adalah wanita&kekuasaan, sedang nafsu terbesar dr Wanita adalah harta&kecantikan.

Sampai keberkahan dhuha menyadarkan mereka, mereka jujur satu sama lain bahwa saling mencinta. Bahkan salah satu dr mereka sudah meminta nasihat kepada guru mengaji dan orang tuanya sebelum kejadian dhuha itu terjadi. Pun salah satunya lagi menolak lamaran orang2 yg jauh lebih baik dr hal keduniawian. Mereka mencintai krn Allah namun dilakukan dg cara yg salah, sehingga termakan rayuan2 syaithan.

Dhuha itu ada dilema keyakinan akan cinta yg mereka tumbuhkan bersama. Maka mereka sepakat untuk mengembalikan cinta yg baik itu dengan cara yang baik. Semata ingin mendapatkan ridho Allah. Mereka putuskan komunikasi demi menjaga diri, saling berharap bahwa cinta yg mereka miliki berlabuh pada insan yg tepat yg Allah takdirkan pada mereka.

Dhuha itu kebahagiaan buat mereka, karena tak lagi berlinang dosa di setiap waktunya. Berfokus pada perbaikan pribadi, membina ummat yg butuh teladan hakiki. Mereka malu pada Allah, mereka membina insan namun mereka jauh dr Allah.

Wallahu a'lam bishawab
Ttd. Manusia yg Lemah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar