Teruntuk para
pembawa kata-kata hikmah dan manfaat...
Teruntuk para
pembela yang haq....
Teruntuk manusia
yang penuh khilaf atas dunia....
Kali ini penulis
sedikit bercerita tentang berita bohong yang menimpa kaum muslimin baik pada
zaman Raulullah SAW, zaman sahabat maupun saat ini. Sangat sedih memang jika
kita dibohongi oleh sesama muslim, terlebih jika orang yang membohongi kita
adalah sahabat terdekat kita. Dalam tulisan ini penulis berharap kepada seluruh
umat muslim agar tidak terlalu percaya kepada suatu berita yang belum ada bukti
kebenarannya dan tidak menyebarluaskannya. Tidak bisa dipungkiri, jika memang
berita itu benar namun saat tidak ada penjelasan yang terbuka akan menimbulkan
fitnah antar kaum muslimin, yang justru akan memecah-belah kaum muslimin dan
menguntungkan kaum kafir. Hal itu terjadi pada penulis sendiri yang mulanya
selalu share berita-berita dari dunia
maya ke jejaring sosial, yang akhirnya menjadi bahan pembicaraan dan terjadi
saling adu pendapat. Niat penulis baik untuk share berita tersebut, namun
berita yang belum memiliki kejelasan justru akan menimbulkan fitnah.
Berikut merupakan
ayat yang menerangkan tentang suatu berita bohong pada zaman Rasulullah SAW,
pada saat itu ‘Aisyah ra keluar dari tempatnya untuk suatu keperluan saat
Rasulullah dan kaum muslimin sedang istirahat dalam perjalanan setelah perang dengan Bani Mushtaliq bulan Sya'ban 5 H. ‘Aisyah kembali
dan menyadari bahwa kalungnya telah hilang dan pergi kembali untuk mencarinya,
setelah selesai istirahat rombongan melanjutkan kembali perjalanan dan
menyangka ‘Aisyah ra masih berada ditempatnya. Setelah
'Aisyah mengetahui, rombongan sudah berangkat dia duduk di tempatnya dan
mengaharapkan rombongan akan kembali menjemputnya. Kebetulan, lewat ditempat
itu seorang sahabat Nabi, Shafwan ibnu Mu'aththal, diketemukannya seseorang
sedang tidur sendirian dan dia terkejut seraya mengucapkan: "Inna lillahi
wa inna ilaihi raji'un, istri Rasul!" 'Aisyah terbangun. Lalu dia
dipersilahkan oleh Shafwan mengendarai untanya. Syafwan berjalan menuntun unta
sampai mereka tiba di Madinah. Orang-orang yang melihat mereka membicarakannya
menurut pendapat masing-masing. Mulailah timbul desas-desus. Kemudian kaum
munafik membesar- besarkannya, maka fitnahan atas 'Aisyah r.a. itupun bertambah
luas, sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum muslimin.
Sesungguhnya orang-orang yang membawa
berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa
berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap
seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa
di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita
bohong itu baginya azab yang besar. QS. An-Nur : 11
Kemudian pada
ayat selanjutnya ALLAH SWT menegur kamum muslimin atas perbuatan mereka yang
mempercayai berita bohong tersebut, merupakan pelajaran berharga bagi kaum
muslimin agar senantiasa mencari bukti atas berita sebelum melakukan tuduhan.
Mengapa di waktu kamu mendengar berita
bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri
mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita
bohong yang nyata." QS. An-Nur : 12
Maka ALLAH SWT
memberikan solusi atas permasalahan tersebut dengan menurunkan ayat tentang
saksi/bukti dari orang yang menuduh, dan jika pendusta ini tidak memberikan
bukti atau saksi dengan mendatangkan 4 orang saksi maka dianggap orang ini
telah berdusta.
Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak
mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak
mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang- orang yang
dusta. QS. An-Nur : 13
Maka kejadian ini
menjadikan pelajaran bagi kaum muslimin, dalam ayat selanjutnya ALLAH SWT
menjelaskan tentang hikmah kejadian tersebut dan hukuman-hukuman bagi para
pembuat berita bohong dan yang menyebarluaskan berita bohong tersebut. ALLAH
SWT juga memberikan peringatan agar tidak melakukan hal yang seperti itu lagi jika
memang kita orang-orang yang beriman. Sungguh Al-Qur’an ini merupakan pedoman
bagi umat manusia dan memberikan hikmah, maka mengapa masih tidak menggunakan
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup kita.
Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan
rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab
yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu. Ingatlah) di
waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan
dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya
suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. Dan mengapa
kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali
tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami),
ini adalah dusta yang besar." Allah memperingatkan kamu agar (jangan)
kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang
beriman. dan Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada kamu. Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. QS. An-Nur : 14-18
Semoga
tulisan ini menjadikan pelajaran bagi penulis dan pembaca untuk senantiasa
menjaga ucapan kita dari kata-kata yang dusta dan menimbulkan fitnah. Lebih
baik kita diam dari pada banyak bicara namun membawa kemudharatan, tetapi ada
pepatah “diam adalah emas, namun jujur lebih baik dari pada emas”.
by : me and Islam
Sumber : Al-Qur'an dan Hadits
Tidak ada komentar:
Posting Komentar